Sunday, July 21, 2019

Sejarah Kerajaan Majapahit



Majapahit adalah sebuah kerajaan kuno di Indonesia yang pernah berdiri pada sekitar tahun 1293 hingga tahun 1500 M. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya pada masa kekuasaan Raja Hayam Wuruk yang berkuasa dari tahun 1350sampai dengan tahun 1389. Majapahit menguasai kerajaan-kerajaan lain di semenanjung Malaya, Borneo, Sumatra, Bali dan Filipina. Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu-Buddha terakhir yg menguasai Semenanjung Malaya dan dianggap sebagai salah satu dari negara terbesar dalam sejarah Indonesia. Kekuasaannya terbentang di Sumatra, Semenanjung Malaya, Borneo hingga Indonesia timur meskipun wilayah kekuasaannya masih diperdebatkan.

Sejarah Kerajaan Majapahit

Terdapat sedikit bukti fisik sisa-sisa kebesaran Kerajaan Majapahit dan sejarah yang tidak jelas. Sumber utama yang digunakan oleh para sejarawan adalah Pararaton – Kitab Raja-raja dalam bahasa Kawi dan Nagara Kertagama dalam bahasa Jawa Kuno. Pararaton terutama menceritakan tentang Ken Arok (pendiri Kerajaan Singhasari) namun juga memuat beberapa bagian pendek mengenai terbentuknya Kerajaan Majapahit. Sementara itu Nagara Kertagama merupakan puisi Jawa Kuno yang ditulis pada masa keemasan Kerajaan Majapahit yang berada di bawah pemerintahan Hayam Wuruk. Setelah masa itu, hal yang terjadi tidaklah jelas. Selain itu terdapat beberapa prasasti dalam bahasa Jawa Kuno maupun catatan sejarah dari Tiongkok dan negara-negara lain.

Keakuratan semua naskah berbahasa Jawa tersebut banyak dipertentangkan. Tidak dapat disangkal lagi bahwa sumber-sumber itu memuat unsur non-historis dan mitos. Beberapa sarjana seperti C.C. Berg menganggap semua naskah tersebut bukan catatan masa lalu tetapi memiliki arti supranatural dalam hal ini dapat meramalkan / mengetahui masa depan. Namun demikian banyak pula sarjana yang beranggapan bahwa garis besar sumber-sumber tersebut dapat diterima karena sejalan dengan catatan sejarah dari Tiongkok khususnya mengenai daftar penguasa dan keadaan kerajaan yang tampak cukup pasti.

Sejarah Pendirian Kerajaan Majapahit

Sesudah Singhasari mengusir Sriwijaya dari Jawa secara keseluruhan pada tahun 1290 Singhasari menjadi kerajaan yang paling kuat di wilayah tersebut. Hal ini menjadi perhatian Kubilai Khan penguasa Dinasti Yuan di Tiongkok. Ia mengirim utusan yang bernama Meng Chi ke Singhasari yang menuntut upeti. Kertanagara penguasa kerajaan Singhasari yang terakhir menolak untuk membayar upeti dan mempermalukan utusan tersebut dengan merusak wajah dan memotong telinganya. Kubilai Khan marah dan lalu memberangkatkan ekspedisi besar ke Jawa pada tahun 1293. Ketika itu Jayakatwang, adipati Kediri telah membunuh Kertanagara. Atas saran Aria Wiraraja, Jayakatwang memberikan pengampunan kepada Raden Wijaya, menantu Kertanegara yang datang menyerahkan diri. Raden Wijaya kemudian diberi wilayah di hutan Tarik. Ia membuka hutan itu dan membangun sebuah desa baru. Desa itu diberi nama Majapahit yang nama nama tersebut diambil dari nama buah maja dan yang memiliki rasa “pahit” dari buah tersebut. Ketika pasukan Mongolia tiba, Raden Wijaya bersekutu dengan pasukan Mongolia untuk bertempur melawan Jayakatwang. Raden Wijaya berbalik menyerang sekutu Mongol sehingga memaksa mereka menarik pulang kembali pasukan yang secara kalang-kabut karena mereka berada di teritori asing. Saat itu juga merupakan kesempatan terakhir mereka utk menangkap angin muson agar dapat pulang atau mereka harus terpaksa menunggu enam bulan lagi di pulau yang asing.

Tanggal pasti yg digunakan sebagai tanggal kelahiran kerajaan Majapahit adalah hari penobatan Raden Wijaya sebagai raja yaitu pada tanggal 10 November 1293. Ia dinobatkan dengan nama resmi Kertarajasa Jayawardhana. Kerajaan ini menghadapi berbagai masalah. Beberapa orang terpercaya Kertarajasa termasuk Ranggalawe, Sora dan Nambi memberontak, meskipun pemberontakan tersebut tidak berhasil. Slamet Muljana menduga bahwa mahapatih Halayudha-lah yang melakukan konspirasi untuk menjatuhkan semua orang terpercaya raja, agar ia dapat mencapai posisi tertinggi dalam pemerintahan. Namun setelah kematian pemberontak terakhir (Kuti), Halayudha ditangkap dan dipenjara dan lalu dihukum mati. Raden Wijaya meninggal dunia pada tahun 1309.

Anak dan penerus Raden Wijaya, Jayanegara adalah penguasa yang jahat dan amoral. Ia digelari Kala Gemet yg berarti “penjahat lemah”. Pada tahun 1328 Jayanegara dibunuh oleh tabib Tanca. Ibu tiri yaitu Gayatri Rajapatni seharusnya menggantikan, akan tetapi Rajapatni memilih mengundurkan diri dari istana dan menjadi pendeta wanita. Rajapatni menunjuk anak perempuan Tribhuwana Wijayatunggadewi untuk menjadi ratu Majapahit. Selama kekuasaan Tribhuwana kerajaan Majapahit berkembang menjadi lebih besar dan terkenal di daerah tersebut. Tribhuwana menguasai Majapahit sampai kematian ibunya pada tahun 1350. Ia kemudian digantikan oleh putra Hayam Wuruk.

Kejayaan Kerajaan Majapahit

Hayam Wuruk juga disebut sebagai Rajasanagara, memerintah Majapahit dari tahun 1350 hingga 1389. Pada masa Majapahit mencapai puncak kejayaannya dengan bantuan mahapatih Gajah Mada. Di bawah perintah Gajah Mada (1313-1364) Majapahit menguasai lebih banyak wilayah. Pada tahun 1377 beberapa tahun setelah kematian Gajah Mada, Majapahit melancarkan serangan laut ke Palembang menyebabkan runtuhnya sisa-sisa kerajaan Sriwijaya. Jenderal terkenal Majapahit lain adalah Adityawarman yang terkenal karena penaklukan di Minangkabau.
Menurut Kakawin Nagarakretagama pupuh XIII-XV daerah kekuasaan Majapahit meliputi Sumatra, semenanjung Malaya, Borneo, Sulawesi, kepulauan Nusa Tenggara, Maluku, Papua dan sebagian kepulauan Filipina. Namun demikian batasan alam dan ekonomi menunjukkan bahwa daerah-daerah kekuasaan tersebut tampak tidaklah berada di bawah kekuasaan terpusat Majapahit tetapi terhubungkan satu sama lain oleh perdagangan yang mungkin berupa monopoli oleh raja[14]. Majapahit juga memiliki hubungan dengan Campa, Kamboja, Siam, Birma bagian selatan dan Vietnam dan bahkan mengirim duta-duta ke Tiongkok.

Keruntuhan Majapahit

Sesudah mencapai puncak kejayaannya, pada abad ke-14 kekuasaan Majapahit berangsur-angsur melemah. Tampak terjadi perang saudara (Perang Paregreg) pada tahun 1405-1406 antara Wirabhumi melawan Wikramawardhana. Demikian pula telah terjadi pergantian raja yg dipertengkarkan pada tahun 1450-an dan pemberontakan besar yang dilancarkan oleh seorang bangsawan pada tahun 1468.

Dalam tradisi Jawa ada sebuah kronogram atau candrasengkala yang berbunyi sirna ilang kretaning bumi. Sengkala ini konon adalah tahun berakhirnya Majapahit dan harus dibaca sebagai 0041 yaitu tahun 1400 Saka atau 1478 Masehi. Arti sengkala ini adalah “sirna hilanglah kemakmuran bumi”. Namun demikian yang sebenarnya digambarkan oleh candrasengkala tersebut adalah gugurnya Bre Kertabumi raja ke-11 Majapahit oleh Girindrawardhana.

Ketika Majapahit didirikan, pedagang Muslim dan para penyebar agama sudah mulai memasuki nusantara. Pada akhir abad ke-14 dan awal abad ke-15 pengaruh Kerajaan Majapahit di seluruh nusantara mulai berkurang. Pada saat bersamaan sebuah kerajaan perdagangan baru yang berdasarkan agama Islam yaitu Kesultanan Malaka mulai muncul di bagian barat nusantara.
Catatan sejarah dari Tiongkok, Portugis (Tome Pires) dan Italia (Pigafetta) mengindikasikan bahwa telah terjadi perpindahan kekuasaan Majapahit dari tangan penguasa Hindu ke tangan Adipati Unus penguasa dari Kesultanan Demak antara tahun 1518 dan 1521 M.

Sistem Perekonomian Majapahit

Majapahit merupakan negara agraris dan sekaligus negara perdagangan. Majapahit memiliki pejabat sendiri untuk mengurusi pedagang dari India dan Tiongkok yang menetap di ibu kota kerajaan maupun berbagai tempat lain di wilayah Majapahit di Jawa.

Menurut catatan Wang Ta-yuan, pedagang Tiongkok, komoditas ekspor Jawa pada saat itu adalah lada, garam, kain dan burung kakak tua, sedangkan komoditas impor adalah mutiara, emas, perak, sutra, barang keramik dan barang dari besi. Mata uang dibuat dari campuran perak, timah putih, timah hitam dan tembaga. Selain itu catatan Odorico da Pordenone, biarawan Katolik Roma dari Italia yang mengunjungi Jawa pada tahun 1321 menyebutkan bahwa istana raja Jawa penuh dengan perhiasan emas perak dan permata.

Kebudayaan Majapahit

Ibu kota Majapahit di Trowulan merupakan kota besar dan terkenal dengan perayaan besar keagamaan yang diselenggarakan tiap tahun. Agama Buddha, Siwa dan Waisnawa (pemuja Wisnu) dipeluk oleh penduduk Majapahit dan raja dianggap sekaligus sebagai titisan Buddha, Siwa maupun Wisnu.
Walaupun batu bata telah digunakan dalam pembuatan candi pada masa sebelumnya, arsitek Majapahitlah yg paling ahli menggunakannya. Candi-candi Majapahit berkualitas baik secara geometris dengan memanfaatkan getah tumbuhan merambat dan gula merah sebagai perekat batu bata. Contoh candi Majapahit yang masih dapat ditemui sekarang adalah Candi Tikus dan Candi Bajangratu di Trowulan Mojokerto.

Struktur Pemerintahan Majapahit

Majapahit memiliki struktur pemerintahan dan susunan birokrasi yang teratur pada masa pemerintahan Hayam Wuruk dan tampak struktur dan birokrasi tersebut tidak banyak berubah selama perkembangan sejarahnya[21]. Raja dianggap sebagai penjelmaan dewa di dunia dan ia memegang otoritas politik tertinggi.
Raja dibantu oleh sejumlah pejabat birokrasi dalam melaksanakan pemerintahan dengan para putra dan kerabat dekat raja memiliki kedudukan tinggi. Perintah raja biasanya diturunkan kepada pejabat-pejabat dibawah, antara lain yaitu:

a. Rakryan Mahamantri Katrini biasa dijabat putra-putra raja
b. Rakryan Mantri ri Pakira-kiran dewan menteri yang melaksanakan pemerintahan
c. Dharmmadhyaksa para pejabat hukum keagamaan
d. Dharmma-upapatti para pejabat keagamaan

Dalam Rakryan Mantri ri Pakira-kiran terdapat seorang pejabat yang terpenting yaitu Rakryan Mapatih atau Patih Hamangkubhumi. Pejabat ini dapat dikatakan sebagai perdana menteri yang bersama-sama raja dapat ikut melaksanakan kebijaksanaan pemerintahan. Selain itu terdapat pula semacam dewan pertimbangan kerajaan yang anggotanya para sanak saudara raja yang disebut sebagai Bhattara Saptaprabhu.
Di bawah raja Majapahit terdapat pula sejumlah raja daerah yang disebut Paduka Bhattara. Mereka biasanya merupakan saudara atau kerabat dekat raja dan bertugas dalam mengumpulkan penghasilan kerajaan, penyerahan upeti dan pertahanan kerajaan di wilayah masing-masing. Dalam Prasasti Wingun Pitu (1447 M) disebutkan bahwa pemerintahan Majapahit dibagi menjadi 14 daerah bawahan yang dipimpin oleh seseorang yang bergelar Bhre. Daerah-daerah bawahan tersebut yaitu:
a. Kelinggapura
b. Kembang Jenar
c. Matahun
d. Pajang
e. Singhapura
f. Tanjungpura
g. Tumapel
h. Wengker
i. Daha
j. Jagaraga
k. Kabalan
l. Kahuripan
m. Keling

Raja-raja Majapahit

Berikut adalah daftar penguasa Kerajaan Majapahit. Perhatikan bahwa terdapat periode kekosongan antara pemerintahan Rajasawardhana (penguasa ke-8) dan Girishawardhana yang mungkin diakibatkan oleh krisis suksesi yang memecahkan keluarga kerajaan Majapahit menjadi dua kelompok.
a. Raden Wijaya bergelar Kertarajasa Jayawardhana (1293 – 1309)
b. Kalagamet bergelar Sri Jayanagara (1309 – 1328)
c. Sri Gitarja bergelar Tribhuwana Wijayatunggadewi (1328 – 1350)
d. Hayam Wuruk bergelar Sri Rajasanagara (1350 – 1389)
e. Wikramawardhana (1389 – 1429)
f. Suhita (1429 – 1447)
g. Kertawijaya bergelar Brawijaya I (1447 – 1451)
h. Rajasawardhana bergelar Brawijaya II (1451 – 1453)
i. Purwawisesa atau Girishawardhana bergelar Brawijaya III (1456 – 1466)
j. Pandanalas atau Suraprabhawa bergelar Brawijaya IV (1466 – 1468)
k. Kertabumi bergelar Brawijaya V (1468 – 1478)
l. Girindrawardhana bergelar Brawijaya VI (1478 – 1498)
m. Hudhara bergelar Brawijaya VII (1498-1518)

Warisan Sejarah Kerajaan Majapahit

Majapahit telah menjadi sumber inspirasi kejayaan masa lalu bagi bangsa-bangsa Nusantara pada abad-abad berikutnya. Kesultanan-kesultanan Islam Demak, Pajang dan Mataram berusaha mendapatkan legitimasi atas kekuasaan mereka melalui hubungannya ke Majapahit. Demak menyatakan legitimasi keturunan melalui Kertabhumi; pendiri Raden Patah menurut babad-babad keraton Demak dinyatakan sebagai anak Kertabhumi dan seorang Putri Cina yang dikirim ke luar istana sebelum ia melahirkan. Penaklukan Mataram atas Wirasaba tahun 1615 yang dipimpin langsung oleh Sultan Agung sendiri memiliki arti penting karena merupakan lokasi ibukota Majapahit. Keraton-keraton Jawa Tengah memiliki tradisi dan silsilah yang berusaha membuktikan hubungan para raja dengan keluarga kerajaan Majapahit sering kali dalam bentuk makam leluhur yang di Jawa merupakan bukti penting dan legitimasi dianggap meningkat melalui hubungan tersebut. Bali secara khusus mendapat pengaruh besar dari Majapahit dan masyarakat Bali menganggap diri mereka penerus sejati kebudayaan Majapahit.
Para penggerak nasionalisme Indonesia modern termasuk mereka yang terlibat Gerakan Kebangkitan Nasional di awal abad ke-20 telah merujuk pada Majapahit sebagai contoh gemilang masa lalu Indonesia. Majapahit kadang dijadikan acuan batas politik negara Republik Indonesia saat ini. Dalam propaganda yang dijalankan tahun 1920-an Partai Komunis Indonesia menyampaikan visi tentang masyarakat tanpa kelas sebagai penjelmaan kembali dari Majapahit yang diromantiskan. Sukarno juga mengangkat Majapahit untuk kepentingan persatuan bangsa sedangkan Orde Baru menggunakan untuk kepentingan perluasan dan konsolidasi kekuasaan negara. Sebagaimana Majapahit, negara Indonesia modern meliputi wilayah yang luas dan secara politik berpusat di pulau Jawa.

Majapahit memiliki pengaruh yang nyata dan berkelanjutan dalam bidang arsitektur di Indonesia. Penggambaran bentuk paviliun (pendopo) berbagai bangunan di ibukota Majapahit dalam kitab Negarakretagama telah menjadi inspirasi bagi arsitektur berbagai bangunan keraton di Jawa serta Pura dan kompleks perumahan masyarakat di Bali masa kini. Pada zaman Majapahit terjadi perkembangan pelestarian dan penyebaran teknik pembuatan keris berikut fungsi sosial dan ritualnya. Teknik pembuatan keris mengalami penghalusan dan pemilihan bahan menjadi semakin selektif. Keris pra-Majapahit dikenal berat, namun semenjak masa kini dan seterusnya bilah keris yang ringan tetapi kuat menjadi petunjuk kualitas sebuah keris. Penggunaan keris sebagai tanda kebesaran kalangan aristokrat juga berkembang pada masa ini dan meluas ke berbagai penjuru Nusantara terutama di bagian barat. Selain keris, berkembang pula teknik pembuatan dan penggunaan tombak.

Meskipun tidak ada bukti tertulis, banyak perguruan pencak silat di Nusantara mengklaim memiliki akar tradisi hingga ke zaman Majapahit. Sebagai suatu rezim ekspansionis tentara Majapahit dapat diduga memiliki kemampuan bertempur yang lebih handal daripada bawahan-bawahannya. Kebesaran kerajaan ini dan berbagai intrik politik yang terjadi pada masa itu menjadi sumber inspirasi, tidak henti-hentinya bagi para seniman masa selanjutnya utk menuangkan kreasi terutama di Indonesia. Berikut adalah daftar beberapa karya seni Kerjaan Majapahit yang berkaitan dengan masa tersebut.

a. Serat Darmagandhul sebuah kitab yang tidak jelas penulisnya, karena menggunakan nama pena Ki Kalamwadi namun diperkirakan dari masa Kasunanan Surakarta. Kitab ini berkisah tentang hal-hal yang berkaitan dengan perubahan keyakinan orang Majapahit dari agama sinkretis “Buda” ke Islam dan sejumlah ibadah yang perlu dilakukan sebagai umat Islam.
b. Serial “Mahesa Rani” karya Teguh Santosa yang dimuat di Majalah Hai, mengambil latar belakang pada masa keruntuhan Singhasari hingga awal-awal karier Mada (Gajah Mada), adik seperguruan Lubdhaka seorang rekan Mahesa Rani.
c. Komik/Cerita bergambar Imperium Majapahit karya Jan Mintaraga.
d. Komik Majapahit karya R.A. Kosasih
e. Strip komik “Panji Koming” karya Dwi Koendoro yang dimuat di surat kabar “Kompas” edisi Minggu menceritakan kisah sehari-hari seorang warga Majapahit bernama Panji Koming.
f. Sandyakalaning Majapahit (1933) roman sejarah dengan setting masa keruntuhan Majapahit karya Sanusi Pane.
g. Kemelut Di Majapahit roman sejarah dengan setting masa kejayaan Majapahit karya Asmaraman S. Kho Ping Hoo.
h. Zaman Gemilang (1938/1950/2000) roman sejarah yang menceritakan akhir masa Singasari masa Majapahit dan berakhir pada intrik seputar terbunuh Jayanegara karya Matu Mona/Hasbullah Parinduri.
i. Senopati Pamungkas (1986/2003) cerita silat dengan setting runtuhnya Singhasari dan awal berdirinya Majapahit hingga pemerintahan Jayanagara karya Arswendo Atmowiloto.
j. Dyah Pitaloka – Senja di Langit Majapahit (2005) roman karya Hermawan Aksan tentang Dyah Pitaloka Citraresmi putri dari Kerajaan Sunda yang gugur dalam Peristiwa Bubat.
k. Gajah Mada (2005) sebuah roman sejarah berseri yang mengisahkan kehidupan Gajah Mada dengan ambisi menguasai Nusantara karya Langit Kresna Hariadi.
l. Tutur Tinular suatu adaptasi film karya S. Tidjab dari serial sandiwara radio. Kisah ini berlatar belakang Singhasari pada pemerintahan Kertanegara hingga Majapahit pada pemerintahan Jayanagara.
m. Saur Sepuh suatu adaptasi film karya Niki Kosasih dari serial sandiwara radio yang populer pada awal 1990-an. Film ini sebetulnya lebih berfokus pada sejarah Pajajaran namun berkait dengan Majapahit pula.
n. Walisongo sinetron Ramadhan tahun 2003 yang berlatar Majapahit di masa Brawijaya V hingga Kesultanan Demak di zaman Sultan Trenggana.

Source : Google and Wikipedia

No comments:

Post a Comment