Majapahit adalah
sebuah kerajaan kuno di Indonesia yang pernah berdiri pada sekitar tahun 1293
hingga tahun 1500 M. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya pada masa
kekuasaan Raja Hayam Wuruk yang berkuasa dari tahun 1350sampai dengan tahun
1389. Majapahit menguasai kerajaan-kerajaan lain di semenanjung Malaya, Borneo,
Sumatra, Bali dan Filipina. Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu-Buddha
terakhir yg menguasai Semenanjung Malaya dan dianggap sebagai salah satu dari
negara terbesar dalam sejarah Indonesia. Kekuasaannya terbentang di Sumatra,
Semenanjung Malaya, Borneo hingga Indonesia timur meskipun wilayah kekuasaannya
masih diperdebatkan.
Sejarah
Kerajaan Majapahit
Terdapat sedikit
bukti fisik sisa-sisa kebesaran Kerajaan Majapahit dan sejarah yang tidak
jelas. Sumber utama yang digunakan oleh para sejarawan adalah Pararaton – Kitab
Raja-raja dalam bahasa Kawi dan Nagara Kertagama dalam bahasa Jawa Kuno.
Pararaton terutama menceritakan tentang Ken Arok (pendiri Kerajaan Singhasari)
namun juga memuat beberapa bagian pendek mengenai terbentuknya Kerajaan
Majapahit. Sementara itu Nagara Kertagama merupakan puisi Jawa Kuno yang
ditulis pada masa keemasan Kerajaan Majapahit yang berada di bawah pemerintahan
Hayam Wuruk. Setelah masa itu, hal yang terjadi tidaklah jelas. Selain itu
terdapat beberapa prasasti dalam bahasa Jawa Kuno maupun catatan sejarah dari
Tiongkok dan negara-negara lain.
Keakuratan semua
naskah berbahasa Jawa tersebut banyak dipertentangkan. Tidak dapat disangkal
lagi bahwa sumber-sumber itu memuat unsur non-historis dan mitos. Beberapa
sarjana seperti C.C. Berg menganggap semua naskah tersebut bukan catatan masa
lalu tetapi memiliki arti supranatural dalam hal ini dapat meramalkan /
mengetahui masa depan. Namun demikian banyak pula sarjana yang beranggapan
bahwa garis besar sumber-sumber tersebut dapat diterima karena sejalan dengan
catatan sejarah dari Tiongkok khususnya mengenai daftar penguasa dan keadaan
kerajaan yang tampak cukup pasti.
Sejarah
Pendirian Kerajaan Majapahit
Sesudah
Singhasari mengusir Sriwijaya dari Jawa secara keseluruhan pada tahun 1290
Singhasari menjadi kerajaan yang paling kuat di wilayah tersebut. Hal ini
menjadi perhatian Kubilai Khan penguasa Dinasti Yuan di Tiongkok. Ia mengirim
utusan yang bernama Meng Chi ke Singhasari yang menuntut upeti. Kertanagara
penguasa kerajaan Singhasari yang terakhir menolak untuk membayar upeti dan
mempermalukan utusan tersebut dengan merusak wajah dan memotong telinganya.
Kubilai Khan marah dan lalu memberangkatkan ekspedisi besar ke Jawa pada tahun
1293. Ketika itu Jayakatwang, adipati Kediri telah membunuh Kertanagara. Atas
saran Aria Wiraraja, Jayakatwang memberikan pengampunan kepada Raden Wijaya,
menantu Kertanegara yang datang menyerahkan diri. Raden Wijaya kemudian diberi
wilayah di hutan Tarik. Ia membuka hutan itu dan membangun sebuah desa baru.
Desa itu diberi nama Majapahit yang nama nama tersebut diambil dari nama buah
maja dan yang memiliki rasa “pahit” dari buah tersebut. Ketika pasukan Mongolia
tiba, Raden Wijaya bersekutu dengan pasukan Mongolia untuk bertempur melawan
Jayakatwang. Raden Wijaya berbalik menyerang sekutu Mongol sehingga memaksa
mereka menarik pulang kembali pasukan yang secara kalang-kabut karena mereka
berada di teritori asing. Saat itu juga merupakan kesempatan terakhir mereka
utk menangkap angin muson agar dapat pulang atau mereka harus terpaksa menunggu
enam bulan lagi di pulau yang asing.
Tanggal pasti yg
digunakan sebagai tanggal kelahiran kerajaan Majapahit adalah hari penobatan
Raden Wijaya sebagai raja yaitu pada tanggal 10 November 1293. Ia dinobatkan
dengan nama resmi Kertarajasa Jayawardhana. Kerajaan ini menghadapi berbagai
masalah. Beberapa orang terpercaya Kertarajasa termasuk Ranggalawe, Sora dan
Nambi memberontak, meskipun pemberontakan tersebut tidak berhasil. Slamet Muljana
menduga bahwa mahapatih Halayudha-lah yang melakukan konspirasi untuk
menjatuhkan semua orang terpercaya raja, agar ia dapat mencapai posisi
tertinggi dalam pemerintahan. Namun setelah kematian pemberontak terakhir
(Kuti), Halayudha ditangkap dan dipenjara dan lalu dihukum mati. Raden Wijaya
meninggal dunia pada tahun 1309.
Anak dan penerus
Raden Wijaya, Jayanegara adalah penguasa yang jahat dan amoral. Ia digelari
Kala Gemet yg berarti “penjahat lemah”. Pada tahun 1328 Jayanegara dibunuh oleh
tabib Tanca. Ibu tiri yaitu Gayatri Rajapatni seharusnya menggantikan, akan
tetapi Rajapatni memilih mengundurkan diri dari istana dan menjadi pendeta
wanita. Rajapatni menunjuk anak perempuan Tribhuwana Wijayatunggadewi untuk
menjadi ratu Majapahit. Selama kekuasaan Tribhuwana kerajaan Majapahit
berkembang menjadi lebih besar dan terkenal di daerah tersebut. Tribhuwana
menguasai Majapahit sampai kematian ibunya pada tahun 1350. Ia kemudian
digantikan oleh putra Hayam Wuruk.
Kejayaan
Kerajaan Majapahit
Hayam Wuruk juga disebut sebagai Rajasanagara, memerintah Majapahit dari tahun 1350 hingga 1389. Pada masa Majapahit mencapai puncak kejayaannya dengan bantuan mahapatih Gajah Mada. Di bawah perintah Gajah Mada (1313-1364) Majapahit menguasai lebih banyak wilayah. Pada tahun 1377 beberapa tahun setelah kematian Gajah Mada, Majapahit melancarkan serangan laut ke Palembang menyebabkan runtuhnya sisa-sisa kerajaan Sriwijaya. Jenderal terkenal Majapahit lain adalah Adityawarman yang terkenal karena penaklukan di Minangkabau.
Menurut Kakawin
Nagarakretagama pupuh XIII-XV daerah kekuasaan Majapahit meliputi Sumatra,
semenanjung Malaya, Borneo, Sulawesi, kepulauan Nusa Tenggara, Maluku, Papua
dan sebagian kepulauan Filipina. Namun demikian batasan alam dan ekonomi
menunjukkan bahwa daerah-daerah kekuasaan tersebut tampak tidaklah berada di
bawah kekuasaan terpusat Majapahit tetapi terhubungkan satu sama lain oleh
perdagangan yang mungkin berupa monopoli oleh raja[14]. Majapahit juga memiliki
hubungan dengan Campa, Kamboja, Siam, Birma bagian selatan dan Vietnam dan
bahkan mengirim duta-duta ke Tiongkok.
Keruntuhan
Majapahit
Sesudah mencapai
puncak kejayaannya, pada abad ke-14 kekuasaan Majapahit berangsur-angsur
melemah. Tampak terjadi perang saudara (Perang Paregreg) pada tahun 1405-1406
antara Wirabhumi melawan Wikramawardhana. Demikian pula telah terjadi
pergantian raja yg dipertengkarkan pada tahun 1450-an dan pemberontakan besar
yang dilancarkan oleh seorang bangsawan pada tahun 1468.
Dalam tradisi
Jawa ada sebuah kronogram atau candrasengkala yang berbunyi sirna ilang
kretaning bumi. Sengkala ini konon adalah tahun berakhirnya Majapahit
dan harus dibaca sebagai 0041 yaitu tahun 1400 Saka
atau 1478 Masehi. Arti sengkala ini adalah “sirna
hilanglah kemakmuran bumi”. Namun demikian yang sebenarnya digambarkan
oleh candrasengkala tersebut adalah gugurnya Bre Kertabumi raja ke-11 Majapahit
oleh Girindrawardhana.
Ketika Majapahit
didirikan, pedagang Muslim dan para penyebar agama sudah mulai memasuki
nusantara. Pada akhir abad ke-14 dan awal abad ke-15 pengaruh Kerajaan
Majapahit di seluruh nusantara mulai berkurang. Pada saat bersamaan sebuah
kerajaan perdagangan baru yang berdasarkan agama Islam yaitu Kesultanan Malaka
mulai muncul di bagian barat nusantara.
Catatan sejarah
dari Tiongkok, Portugis (Tome Pires) dan Italia (Pigafetta) mengindikasikan
bahwa telah terjadi perpindahan kekuasaan Majapahit dari tangan penguasa Hindu
ke tangan Adipati Unus penguasa dari Kesultanan Demak antara tahun 1518 dan
1521 M.
Sistem
Perekonomian Majapahit
Majapahit merupakan negara agraris dan sekaligus negara perdagangan. Majapahit memiliki pejabat sendiri untuk mengurusi pedagang dari India dan Tiongkok yang menetap di ibu kota kerajaan maupun berbagai tempat lain di wilayah Majapahit di Jawa.
Menurut catatan
Wang Ta-yuan, pedagang Tiongkok, komoditas ekspor Jawa pada saat itu adalah
lada, garam, kain dan burung kakak tua, sedangkan komoditas impor adalah
mutiara, emas, perak, sutra, barang keramik dan barang dari besi. Mata uang
dibuat dari campuran perak, timah putih, timah hitam dan tembaga. Selain itu
catatan Odorico da Pordenone, biarawan Katolik Roma dari Italia yang
mengunjungi Jawa pada tahun 1321 menyebutkan bahwa istana raja Jawa penuh
dengan perhiasan emas perak dan permata.
Kebudayaan
Majapahit
Ibu kota Majapahit di Trowulan merupakan kota besar dan terkenal dengan perayaan besar keagamaan yang diselenggarakan tiap tahun. Agama Buddha, Siwa dan Waisnawa (pemuja Wisnu) dipeluk oleh penduduk Majapahit dan raja dianggap sekaligus sebagai titisan Buddha, Siwa maupun Wisnu.
Walaupun batu
bata telah digunakan dalam pembuatan candi pada masa sebelumnya, arsitek
Majapahitlah yg paling ahli menggunakannya. Candi-candi Majapahit berkualitas
baik secara geometris dengan memanfaatkan getah tumbuhan merambat dan gula
merah sebagai perekat batu bata. Contoh candi Majapahit yang masih dapat
ditemui sekarang adalah Candi Tikus dan Candi Bajangratu di Trowulan Mojokerto.
Struktur
Pemerintahan Majapahit
Majapahit memiliki struktur pemerintahan dan susunan birokrasi yang teratur pada masa pemerintahan Hayam Wuruk dan tampak struktur dan birokrasi tersebut tidak banyak berubah selama perkembangan sejarahnya[21]. Raja dianggap sebagai penjelmaan dewa di dunia dan ia memegang otoritas politik tertinggi.
Raja dibantu
oleh sejumlah pejabat birokrasi dalam melaksanakan pemerintahan dengan para
putra dan kerabat dekat raja memiliki kedudukan tinggi. Perintah raja biasanya
diturunkan kepada pejabat-pejabat dibawah, antara lain yaitu:
a. Rakryan Mahamantri Katrini biasa
dijabat putra-putra raja
b. Rakryan Mantri ri Pakira-kiran dewan menteri yang melaksanakan pemerintahan
c. Dharmmadhyaksa para pejabat hukum keagamaan
d. Dharmma-upapatti para pejabat keagamaan
b. Rakryan Mantri ri Pakira-kiran dewan menteri yang melaksanakan pemerintahan
c. Dharmmadhyaksa para pejabat hukum keagamaan
d. Dharmma-upapatti para pejabat keagamaan
Dalam Rakryan
Mantri ri Pakira-kiran terdapat seorang pejabat yang terpenting yaitu Rakryan
Mapatih atau Patih Hamangkubhumi. Pejabat ini dapat dikatakan sebagai perdana
menteri yang bersama-sama raja dapat ikut melaksanakan kebijaksanaan
pemerintahan. Selain itu terdapat pula semacam dewan pertimbangan kerajaan yang
anggotanya para sanak saudara raja yang disebut sebagai Bhattara Saptaprabhu.
Di bawah raja
Majapahit terdapat pula sejumlah raja daerah yang disebut Paduka Bhattara.
Mereka biasanya merupakan saudara atau kerabat dekat raja dan bertugas dalam
mengumpulkan penghasilan kerajaan, penyerahan upeti dan pertahanan kerajaan di
wilayah masing-masing. Dalam Prasasti Wingun Pitu (1447 M) disebutkan bahwa
pemerintahan Majapahit dibagi menjadi 14 daerah bawahan yang dipimpin oleh
seseorang yang bergelar Bhre. Daerah-daerah bawahan tersebut yaitu:
a. Kelinggapura
b. Kembang Jenar
c. Matahun
d. Pajang
e. Singhapura
f. Tanjungpura
g. Tumapel
h. Wengker
i. Daha
j. Jagaraga
k. Kabalan
l. Kahuripan
m. Keling
b. Kembang Jenar
c. Matahun
d. Pajang
e. Singhapura
f. Tanjungpura
g. Tumapel
h. Wengker
i. Daha
j. Jagaraga
k. Kabalan
l. Kahuripan
m. Keling
Raja-raja
Majapahit
Berikut adalah daftar penguasa Kerajaan Majapahit. Perhatikan bahwa terdapat periode kekosongan antara pemerintahan Rajasawardhana (penguasa ke-8) dan Girishawardhana yang mungkin diakibatkan oleh krisis suksesi yang memecahkan keluarga kerajaan Majapahit menjadi dua kelompok.
a. Raden Wijaya bergelar
Kertarajasa Jayawardhana (1293 – 1309)
b. Kalagamet bergelar Sri Jayanagara (1309 – 1328)
c. Sri Gitarja bergelar Tribhuwana Wijayatunggadewi (1328 – 1350)
d. Hayam Wuruk bergelar Sri Rajasanagara (1350 – 1389)
e. Wikramawardhana (1389 – 1429)
f. Suhita (1429 – 1447)
g. Kertawijaya bergelar Brawijaya I (1447 – 1451)
h. Rajasawardhana bergelar Brawijaya II (1451 – 1453)
i. Purwawisesa atau Girishawardhana bergelar Brawijaya III (1456 – 1466)
j. Pandanalas atau Suraprabhawa bergelar Brawijaya IV (1466 – 1468)
k. Kertabumi bergelar Brawijaya V (1468 – 1478)
l. Girindrawardhana bergelar Brawijaya VI (1478 – 1498)
m. Hudhara bergelar Brawijaya VII (1498-1518)
b. Kalagamet bergelar Sri Jayanagara (1309 – 1328)
c. Sri Gitarja bergelar Tribhuwana Wijayatunggadewi (1328 – 1350)
d. Hayam Wuruk bergelar Sri Rajasanagara (1350 – 1389)
e. Wikramawardhana (1389 – 1429)
f. Suhita (1429 – 1447)
g. Kertawijaya bergelar Brawijaya I (1447 – 1451)
h. Rajasawardhana bergelar Brawijaya II (1451 – 1453)
i. Purwawisesa atau Girishawardhana bergelar Brawijaya III (1456 – 1466)
j. Pandanalas atau Suraprabhawa bergelar Brawijaya IV (1466 – 1468)
k. Kertabumi bergelar Brawijaya V (1468 – 1478)
l. Girindrawardhana bergelar Brawijaya VI (1478 – 1498)
m. Hudhara bergelar Brawijaya VII (1498-1518)
Warisan
Sejarah Kerajaan Majapahit
Majapahit telah menjadi sumber inspirasi kejayaan masa lalu bagi bangsa-bangsa Nusantara pada abad-abad berikutnya. Kesultanan-kesultanan Islam Demak, Pajang dan Mataram berusaha mendapatkan legitimasi atas kekuasaan mereka melalui hubungannya ke Majapahit. Demak menyatakan legitimasi keturunan melalui Kertabhumi; pendiri Raden Patah menurut babad-babad keraton Demak dinyatakan sebagai anak Kertabhumi dan seorang Putri Cina yang dikirim ke luar istana sebelum ia melahirkan. Penaklukan Mataram atas Wirasaba tahun 1615 yang dipimpin langsung oleh Sultan Agung sendiri memiliki arti penting karena merupakan lokasi ibukota Majapahit. Keraton-keraton Jawa Tengah memiliki tradisi dan silsilah yang berusaha membuktikan hubungan para raja dengan keluarga kerajaan Majapahit sering kali dalam bentuk makam leluhur yang di Jawa merupakan bukti penting dan legitimasi dianggap meningkat melalui hubungan tersebut. Bali secara khusus mendapat pengaruh besar dari Majapahit dan masyarakat Bali menganggap diri mereka penerus sejati kebudayaan Majapahit.
Para penggerak
nasionalisme Indonesia modern termasuk mereka yang terlibat Gerakan Kebangkitan
Nasional di awal abad ke-20 telah merujuk pada Majapahit sebagai contoh
gemilang masa lalu Indonesia. Majapahit kadang dijadikan acuan batas politik
negara Republik Indonesia saat ini. Dalam propaganda yang dijalankan tahun
1920-an Partai Komunis Indonesia menyampaikan visi tentang masyarakat tanpa
kelas sebagai penjelmaan kembali dari Majapahit yang diromantiskan. Sukarno
juga mengangkat Majapahit untuk kepentingan persatuan bangsa sedangkan Orde
Baru menggunakan untuk kepentingan perluasan dan konsolidasi kekuasaan negara.
Sebagaimana Majapahit, negara Indonesia modern meliputi wilayah yang luas dan
secara politik berpusat di pulau Jawa.
Majapahit
memiliki pengaruh yang nyata dan berkelanjutan dalam bidang arsitektur di
Indonesia. Penggambaran bentuk paviliun (pendopo) berbagai bangunan di ibukota
Majapahit dalam kitab Negarakretagama telah menjadi inspirasi bagi arsitektur
berbagai bangunan keraton di Jawa serta Pura dan kompleks perumahan masyarakat
di Bali masa kini. Pada zaman Majapahit terjadi perkembangan pelestarian dan
penyebaran teknik pembuatan keris berikut fungsi sosial dan ritualnya. Teknik
pembuatan keris mengalami penghalusan dan pemilihan bahan menjadi semakin
selektif. Keris pra-Majapahit dikenal berat, namun semenjak masa kini dan
seterusnya bilah keris yang ringan tetapi kuat menjadi petunjuk kualitas sebuah
keris. Penggunaan keris sebagai tanda kebesaran kalangan aristokrat juga
berkembang pada masa ini dan meluas ke berbagai penjuru Nusantara terutama di
bagian barat. Selain keris, berkembang pula teknik pembuatan dan penggunaan
tombak.
Meskipun tidak
ada bukti tertulis, banyak perguruan pencak silat di Nusantara mengklaim
memiliki akar tradisi hingga ke zaman Majapahit. Sebagai suatu rezim
ekspansionis tentara Majapahit dapat diduga memiliki kemampuan bertempur yang
lebih handal daripada bawahan-bawahannya. Kebesaran kerajaan ini dan berbagai
intrik politik yang terjadi pada masa itu menjadi sumber inspirasi, tidak
henti-hentinya bagi para seniman masa selanjutnya utk menuangkan kreasi
terutama di Indonesia. Berikut adalah daftar beberapa karya seni Kerjaan
Majapahit yang berkaitan dengan masa tersebut.
a. Serat Darmagandhul sebuah kitab
yang tidak jelas penulisnya, karena menggunakan nama pena Ki Kalamwadi namun
diperkirakan dari masa Kasunanan Surakarta. Kitab ini berkisah tentang hal-hal
yang berkaitan dengan perubahan keyakinan orang Majapahit dari agama sinkretis
“Buda” ke Islam dan sejumlah ibadah yang perlu dilakukan sebagai umat Islam.
b. Serial “Mahesa Rani” karya Teguh Santosa yang dimuat di Majalah Hai, mengambil latar belakang pada masa keruntuhan Singhasari hingga awal-awal karier Mada (Gajah Mada), adik seperguruan Lubdhaka seorang rekan Mahesa Rani.
c. Komik/Cerita bergambar Imperium Majapahit karya Jan Mintaraga.
d. Komik Majapahit karya R.A. Kosasih
e. Strip komik “Panji Koming” karya Dwi Koendoro yang dimuat di surat kabar “Kompas” edisi Minggu menceritakan kisah sehari-hari seorang warga Majapahit bernama Panji Koming.
f. Sandyakalaning Majapahit (1933) roman sejarah dengan setting masa keruntuhan Majapahit karya Sanusi Pane.
g. Kemelut Di Majapahit roman sejarah dengan setting masa kejayaan Majapahit karya Asmaraman S. Kho Ping Hoo.
h. Zaman Gemilang (1938/1950/2000) roman sejarah yang menceritakan akhir masa Singasari masa Majapahit dan berakhir pada intrik seputar terbunuh Jayanegara karya Matu Mona/Hasbullah Parinduri.
i. Senopati Pamungkas (1986/2003) cerita silat dengan setting runtuhnya Singhasari dan awal berdirinya Majapahit hingga pemerintahan Jayanagara karya Arswendo Atmowiloto.
j. Dyah Pitaloka – Senja di Langit Majapahit (2005) roman karya Hermawan Aksan tentang Dyah Pitaloka Citraresmi putri dari Kerajaan Sunda yang gugur dalam Peristiwa Bubat.
k. Gajah Mada (2005) sebuah roman sejarah berseri yang mengisahkan kehidupan Gajah Mada dengan ambisi menguasai Nusantara karya Langit Kresna Hariadi.
l. Tutur Tinular suatu adaptasi film karya S. Tidjab dari serial sandiwara radio. Kisah ini berlatar belakang Singhasari pada pemerintahan Kertanegara hingga Majapahit pada pemerintahan Jayanagara.
m. Saur Sepuh suatu adaptasi film karya Niki Kosasih dari serial sandiwara radio yang populer pada awal 1990-an. Film ini sebetulnya lebih berfokus pada sejarah Pajajaran namun berkait dengan Majapahit pula.
n. Walisongo sinetron Ramadhan tahun 2003 yang berlatar Majapahit di masa Brawijaya V hingga Kesultanan Demak di zaman Sultan Trenggana.
b. Serial “Mahesa Rani” karya Teguh Santosa yang dimuat di Majalah Hai, mengambil latar belakang pada masa keruntuhan Singhasari hingga awal-awal karier Mada (Gajah Mada), adik seperguruan Lubdhaka seorang rekan Mahesa Rani.
c. Komik/Cerita bergambar Imperium Majapahit karya Jan Mintaraga.
d. Komik Majapahit karya R.A. Kosasih
e. Strip komik “Panji Koming” karya Dwi Koendoro yang dimuat di surat kabar “Kompas” edisi Minggu menceritakan kisah sehari-hari seorang warga Majapahit bernama Panji Koming.
f. Sandyakalaning Majapahit (1933) roman sejarah dengan setting masa keruntuhan Majapahit karya Sanusi Pane.
g. Kemelut Di Majapahit roman sejarah dengan setting masa kejayaan Majapahit karya Asmaraman S. Kho Ping Hoo.
h. Zaman Gemilang (1938/1950/2000) roman sejarah yang menceritakan akhir masa Singasari masa Majapahit dan berakhir pada intrik seputar terbunuh Jayanegara karya Matu Mona/Hasbullah Parinduri.
i. Senopati Pamungkas (1986/2003) cerita silat dengan setting runtuhnya Singhasari dan awal berdirinya Majapahit hingga pemerintahan Jayanagara karya Arswendo Atmowiloto.
j. Dyah Pitaloka – Senja di Langit Majapahit (2005) roman karya Hermawan Aksan tentang Dyah Pitaloka Citraresmi putri dari Kerajaan Sunda yang gugur dalam Peristiwa Bubat.
k. Gajah Mada (2005) sebuah roman sejarah berseri yang mengisahkan kehidupan Gajah Mada dengan ambisi menguasai Nusantara karya Langit Kresna Hariadi.
l. Tutur Tinular suatu adaptasi film karya S. Tidjab dari serial sandiwara radio. Kisah ini berlatar belakang Singhasari pada pemerintahan Kertanegara hingga Majapahit pada pemerintahan Jayanagara.
m. Saur Sepuh suatu adaptasi film karya Niki Kosasih dari serial sandiwara radio yang populer pada awal 1990-an. Film ini sebetulnya lebih berfokus pada sejarah Pajajaran namun berkait dengan Majapahit pula.
n. Walisongo sinetron Ramadhan tahun 2003 yang berlatar Majapahit di masa Brawijaya V hingga Kesultanan Demak di zaman Sultan Trenggana.
Source : Google and Wikipedia
No comments:
Post a Comment