Jenderal Idi
Amin Dada Oumee (Koboko, Uganda, sekitar tahun 1925–Jeddah, Arab Saudi, 16
Agustus 2003), yang juga dikenal dengan nama Idi Amin, adalah pemimpin diktator
militer di Uganda yang memerintah pada 25 Januari 1971- 13 April 1979.
Masa berkuasa
Begitu Idi
Amin berkuasa, Uganda menjadi negara yang sangat terkenal di dunia
internasional. Pada bulan Agustus 1972, semua orang Asia berwarga negara
Inggris (60.000 jiwa) diberi waktu sembilan puluh hari untuk angkat kaki dari
Uganda. Tindakan ini bukan karena rasialisme, tetapi karena ia ingin memberikan
“kemerdekaan yang sesungguhnya bagi rakyat Uganda”. Yang kalang kabut tentu
saja Inggris, yang para pejabatnya buru-buru menghubungi Australia, Selandia
Baru, dan negara-negara persemakmuran Inggris lainnya untuk membicarakan
penampungan, apalagi Kenya dan Tanzania menolak memberikan penampungan terhadap
para pengungsi. Sepuluh hari kemudian ditetapkan aturan tambahan bahwa orang
asing yang sudah menjadi warga negara Uganda harus pergi dari Uganda. Jumlahnya
sekitar 23.000 jiwa. Sudah tentu warga negara keturunan asing yang lahir di
Uganda kebingungan. Jika mereka pergi, status mereka adalah tanpa negara
(stateless). Ditambah lagi, India, Pakistan, dan Bangladesh (negara asal
mereka) menolak menerima kembali mereka. Ditambah pula dengan kebijakan
nasionalisasai perusahaan-perusahaan milik orang-orang Eropa di Uganda. Idi
Amin memang benar benar “memusingkan banyak orang”.
Akibat
keputusan ini, timbul krisis ekonomi parah di Uganda. Sekitar 90 % perdagangan
dan industrinya dikuasai orang-orang Asia. Orang Uganda sendiri masih sangat
agraris tradisional dan kurang kecakapan, modal, dan ketrampilan. Sebenarnya,
rencana pengusiran orang Asia sudah direncanakan oleh Milton Obote karena
dirasakan terlalu mencengkram ekonomi Uganda, tetapi masih menargetkan waktu
lima tahun, dengan alasan mempersiapkan orang Uganda.
Pemerintahan
Uganda sedemikian kacaunya sehingga Komisi Hukum Internasional PBB melapor kepada
sekjen PBB saat itu, Kurt Waldheim pada tanggal 7 Juni 1974, yang isinya:
“Uganda adalah negeri tanpa hukum”. Salah satu puncak krisis adalah minta
suakanya Menteri Keuangan Emmanuel Wakheya ke Inggris karena tidak tahan lagi
terhadap keputusan ekonomi yang diambil oleh pemerintahan rezim militer Idi
Amin.
Di awal
1977, William Johnshon menulis laporan kepada harian Bangkok Post yang isinya:
“Setelah empat tahun berkuasa, Idi Amin telah mengubah kehidupan Uganda yang
buruk. Dulu negeri Uganda pengekspor teh dan kopi, namun karena sistem
administrasi dan transportasi yang buruk, ratusan karung kopi teronggok di
gudang menunggu diekspor, semetara puluhan ribu ton diselundupkan ke Kenya.
Uganda dulunya sebagai salah satu negeri tersubur di Afrika, kini hasil
pertanian begitu langkanya sampai penduduk kota menanam tebu dan pisang. Sabun,
gula, dan gandum diperlakukan seperti emas saking langkanya. Sementara di
pedesaan hasil panen begitu melimpah, penduduk kota tidak dapat menikmati
hasilnya. Lima tahun lalu beroperasi 298 bus yang dijalankan pemerintah, kini
cuma 11 yang masih jalan.”Pada bulan April 1979, Idi Amin berhasil digulingkan
oleh tentara nasionalis Uganda yang dibantu Tanzania. Sebelumnya Idi Amin
dengan bantuan Libya mencoba menyerang Kagera, provinsi utara Tanzania.
Idi Amin
akhirnya terbang mengungsi ke Libya yang kemudian meminta suaka ke Jeddah, Arab
Saudi serta menetap di sana. Menurutnya, angka kematian 100.000 sampai 300.000
orang yang dianiya dan dibunuh adalah akibat kesalahan bagian intelijen. Bahkan
Biro Riset Nasional mengancam akan membunuhnya. Menurut Amin, banyak hal-hal
buruk yang disembunyikan ketika dia berkuasa. Ketika dia tahu keberadaan biro
itu, semua sudah terlambat.
Namun,
semasa Amin belum jatuh, David Martin dalam artikelnya di South China Morning
Post membeberkan bagaimana Idi Amin mengetahui sepak terjang oknum-oknumnya. Ia
mengaku tidak ingin jadi Presiden, tentaranyalah yang memintanya, namun
mengenai pengusiran orang Asia dia mengatakan, “Mereka terlampau berkuasa dan mencemooh
kaum kami”.
Idi Amin
mempunyai empat orang istri. Istri pertamanya adalah Sarah atau Mama Malian
yang dinikahinya pada tahun 1958, yang kedua Kay, yang ketiga Norah, dan yang
keempat Medina, yang dinikahinya pada tahun 1971. Pada awal tahun 1974 ia
ceraikan tiga istrinya yang pertama sehingga tinggal Medina. Pada 1 Agustus
1975, ia menikah dengan Sarah, seorang pembalap pasukan berani mati Angkatan
Darat Uganda. Empat bulan kemudian, dia menikahi Babirye putri seorang usahawan
Uganda. Waktu itu Idi Amin sudah mempunyai 34 orang anak.Pada tanggal 20 Juli
2003, menjelang kematiannya di Rumah sakit Raja Faisal di Jeddah, istrinya
memohon kepada Presiden Uganda Yoweri Museveni agar Idi Amin dikuburkan di
negaranya, namun permintaan ini ditolak. Idi Amin meninggal di Arab Saudi pada
tanggal 16 Agustus 2003 dan dimakamkan di Jeddah.
Pada tanggal
17 Agustus 2003, David Owen mengatakan dalam wawancara oleh Radio BBC bahwa
ketika menjabat sebagai Sekertaris Kementrian Luar Negeri Inggris (1977-1979),
dia memerintahkan agar Idi Amin dibunuh untuk mengakhiri rezim terorya. Usulnya
ditolak, namun alasan Owen adalah rezim Idi Amin sangatlah buruk, sangat
mengerikan bila dia dibiarkan berkuasa terlalu lama.
No comments:
Post a Comment