Saloth Sar
(19 Mei 1925 – 15 April 1998), lebih dikenal sebagai Pol Pot, adalah pemimpin
Khmer Merah dan Perdana Menteri Kamboja dari 1976 hingga 1979. Pemerintahannya
banyak disalahkan untuk kematian sekitar dua juta warga Kamboja, meski
perkiraan jumlahnya beragam.
Kamboja Demokratis
Pada awal
1976 pihak Khmer Merah menahan Sihanouk dalam tahanan rumah. Pemerintah yang
ada saat itu segera diganti dan Pangeran Sihanouk dilepas dari jabatannya
sebagai kepala negara. Kamboja menjadi sebuah republik komunis dengan nama
“Kamboja Demokratis” (Democratic Kampuchea) dan Khieu Samphan menjadi presiden
pertama.Pada 13 Mei 1976 Pol Pot dilantik sebagai Perdana Menteri Kamboja dan
mulai menerapkan perubahan sosialis terhadap negara tersebut. Pengeboman yang
dilakukan pihak AS telah mengakibatkan wilayah pedesaan ditinggalkan dan
kota-kota sesak diisi rakyat (Populasi Phnom Penh bertambah sekitar 1 juta jiwa
dibandingkan dengan sebelum 1976).
Saat Khmer
Merah mendapatkan kekuasaan, mereka mengevakuasi rakyat dari perkotaan ke
pedesaan di mana mereka dipaksa hidup dalam ladang-ladang yang ditinggali
bersama. Rezim Pol Pot sangat kritis terhadap oposisi maupun kritik politik;
ribuan politikus dan pejabat dibunuh, dan Phnom Penh pun ikut berubah menjadi
kota hantu yang penduduknya banyak yang meninggal akibat kelaparan, penyakit
atau eksekusi. Ranjau-ranjau darat (oleh Pol Pot mereka disebut sebagai
“tentara yang sempurna”) disebarkan secara luas ke seluruh wilayah pedesaan.
Pada akhir
1978, Vietnam menginvasi Kamboja. Pasukan Kamboja dikalahkan dengan mudah, dan
Pol Pot lari ke perbatasan Thailand. Pada Januari 1979, Vietnam membentuk
pemerintah boneka di bawah Heng Samrin, yang terdiri dari anggota Khmer Merah
yang sebelumnya melarikan diri ke Vietnam untuk menghindari penmbasmian yang
terjadi sebelumnya pada 1954. Banyak anggota Khmer Merah di Kamboja sebelah
timur yang pindah ke pihak Vietnam karena takut dituduh berkolaborasi. Pol Pot
berhasil mempertahankan jumlah pengikut yang cukup untuk tetap bertempur di
wilayah-wilayah yang kecil di sebelah barat Kamboja. Pada saat itu, Tiongkok,
yang sebelumnya mendukung Pol Pot, menyerang, dan menyebabkan Perang
Tiongkok-Vietnam yang tidak berlangsung lama.Pol Pot, musuh Uni Soviet, juga
memperoleh dukungan dari Thailand dan AS. AS dan Tiongkok memveto alokasi
perwakilan Kamboja di Sidang Umum PBB yang berasal dari pemerintahan Heng
Samrin. AS secara langsung dan tidak langsung mendukung Pol Pot dengan
menyalurkan bantuan dana yang dikumpulkan untuk Khmer Merah.
Jumlah
korban jiwa dari perang saudara, konsolidasi kekuasaan Pol Pot dan invasi
Vietnam masih dipertentangkan. Sumber-sumber yang dapat dipercaya dari pihak
Barat [1] menyebut angka 1,6 juta jiwa, sedangkan sebuah sumber yang spesifik,
seperti jumlah tiga juta korban jiwa antara 1975 dan 1979, diberikan oleh rezim
Phnom Penh yang didukung Vietnam, PRK. Bapa Ponchaud memberikan perkiraan
sebesar 2,3 juta—meski jumlah ini termasuk ratusan ribu korban sebelum
pengambil alihan yang dilakukan Partai Komunis. Amnesty International menyebut
1,4 juta; sedngkan Departemen Negara AS, 1,2 juta. Khieu Samphan dan Pol Pot
sendiri, masing-masing menyebut 1 juta dan 800.000.
Pasca pemerintahan Partai Komunis
Pol Pot
mundur dari jabatannya pada 1985, namun bertahan sebagai pemimpin de facto
Partai Komunis dan kekuatan yang dominan di dalamnya.Pada 1989, Vietnam mundur
dari Kamboja. Pol Pot menolak proses perdamaian, dan tetap berperang melawan
pemerintah koalisi yang baru. Khmer Merah bertahan melawan pasukan pemerintah
hingga 1996, saat banyak pasukannya yang telah kehilangan moral mulai
meninggalkannya. Beberapa pejabat Khmer Merah yang penting juga berpindah
pihak.
Pol Pot
memerintahkan eksekusi terhadap rekan dekatnya Son Sen dan sebelas anggota
keluarganya pada 10 Juni 1997 karena mencoba mengadakan persetujuan dengan
pemerintah (kabar tentang ini tidak diketahui di luar Kamboja selama tiga
hari). Pol Pot lalu melarikan diri namun berhasil ditangkap Kepala Militer
Khmer Merah, Ta Mok dan dijadikan tahanan rumah seumur hidup. Pada April 1998,
Ta Mok lari ke daerah hutan sambil membawa Pol Pot setelah sebuah serangan
pemerintah yang baru. Beberapa hari kemudian, pada 15 April 1998, Pol Pot
meninggal – kabarnya akibat serangan jantung. Jasadnya kemudian dibakar di
wilayah pedesaan, disaksikan oleh beberapa anggota eks-Khmer Merah.
No comments:
Post a Comment