Zaman telah
berkembang seiring berjalannya waktu. Begitu pula dengan makhluk hidup yang ada
pada zaman dahulu. Makhluk hidup yang terdapat pada zaman dahulu merupakan
makhluk hidup yang memiliki ukuran yang besar apabila dibandingkan dengan
makhluk yang hidup pada zaman sekarang. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa
setiap perkembangan zaman yang telah berlalu berjuta-juta tahun setiap makhluk
hidup akan menyusut menjadi bentuk-bentuk yang lebih kecil. Begitu pula dengan
binatang besar yang dahulu berukuran besar sedangkan sekarang menurut teori
ukurannya menjadi lebih kecil karena terjadinya proses evolusi. Salah satu
binatang yang dikatakan bahwa dahulunya merupakan binatang yang besar adalah
burung.
Para ilmuwan
hanya memperkirakan dan merekonstruksi tentang fosil-fosil yang terdapat pada
zaman dahulu dan mengira panjang leher, ukuran tubuh, bentuk tubuh, dan
makanannya. Bagaimana para ilmuwan dapat
menggambarkan suatu kepala dinosaurus lengkap dengan giginya yang tajam
sedangkan tidak ditemukan tulang bagian dari kepala beserta giginya. Bagaimana
para ilmuwan dapat menerka panjang lehernya sedangkan tulang lehernya sendiri
tidak ditemukan. Bagaimana para ilmuwan dapat menerka panjang dari ekornya
sedangkan tulang ekornya sendiri juga tidak ditemukan. Mungkin saja binatang
tersebut dapat berekor pendek, sedangkan makhluk tersebut direkonstruksi dengan
bentuk yang berekor panjang. Bagaimana para ilmuwan dapat merekonstruksi lengan
bagian bawah lengkap dengan beserta jari-jarinya sedangkan yang ditemukan yaitu
hanya tulang bagian dari lengan atas. Jelas disini membuktikan bahwa para
ilmuwan menggunakan daya imajinasinya saja (yang mungkin salah) untuk dapat
merekonstruksi tulang belulang yang telah ilmuwan tersebut temukan. Bentuk dari
dinosaurus tersebut saja masih perlu dipertanyakan apalagi jika diduga bahwa
dinosaurus tersebut berevolusi menjadi burung.
Benarkah Archaeopteryx adalah nenek moyang burung ?
Archaeopteryx/Arkheopteriks
adalah burung. Archaeopteryx sendiri mempunyai kaki-kaki yang dapat mencengkeram,
sayap-sayap seperti burung, bulu-bulu seperti bulu burung modern, tempurung
kepala yang menyerupai seperti burung, dan sebuah furcula (tulang selangka
burung). Selain itu, binatang tersebut dapat terbang untuk lebih jauh lagi,
walaupun fosil dari Archaeopteryx yaitu pertama kali ditemukan pada tahun 1861,
fosil-fosil lain yang ditemukan sejak saat itu yaitu tidak ada satu pun yang
menunjukkan suatu bentuk transisi antara reptil dan Archaeopteryx atau antara
Archaeopteryx dengan burung-burung. Apabila reptil tersebut berevolusi menjadi
burung maka akan ditemukan ribuan makhluk transisi yang hidup dan mati, yang
meninggalkan suatu jejak dalam bentuk fosil.
Walaupun bukti
yang memberatkan dan bertentangan dari hal tersebut, namun banyak evolusionis
mempertahankan pendapat bahwa Archaeopteryx adalah suatu bentuk transisi antara
reptil dan burung. Mereka menunjuk pada bukti bahwa burung tersebut mempunyai
cakar di baguian kedua sayapnya, gigi, dan beberapa ciri khas yang tampak yaitu
seperti reptil. Beberapa orang menyatakan bahwa ciri khas dari binatang
tersebut mengindikasikan bahwa Archaeopteryx merupakan evolusi dari reptil.
Tetapi, beberapa burung purba yaitu mempunyai gigi. Dengan bukti yang sama juga
yaitu ternyata banyak burung purba yang tidak mempunyai gigi. Intinya yaitu
adalah tidak terdapat fosil yang ditemukan yang menyatakan bahwa terjadinya
kehilangan gigi secara terus-menerus/perlahan-lahan dan mulai hilang pada
burung-burung. Mereka ada yang mempunyai gigi dan beberapa ada yang tidak. Hal
tersebut tidak mengejutkan lagi karena hal ini juga terjadi yaitu pada beberapa
binatang yang bertulang belakang lainnya. Beberapa ikan yang mempunyai gigi,
beberapa amfibi yang mempunyai gigi, dan beberapa reptil yang mempunyai gigi.
Tetapi ada pula ikan, dan amfibi, dan reptil yang tidak mempunyai gigi.
Kebanyakan dari mamalia mempunyai gigi, tetapi beberapa juga tidak. Keberadaan
atau ketidakberadaan dari gigi tidak dapat mengkonfirmasi atau menyangkal teori
evolusi atau teori penciptaan.
Apakah terdapatnya cakar yaitu pada
sayap membuktikan suatu transisi reptil dan burung ?
Tidak, karena
ada paling sedikit yaitu 3 burung yang dapat hidup sekarang yang juga mempunyai
cakar di bagian sayapnya. Hoatzin, yaitu burung yang hidup di Amerika Selatan,
mempunyai cakar di bagian sayapnya ketika masih muda. Hal tersebut juga terjadi
pada touraco, yaitu burung yang hidup di Afrika. Ostrich mempunyai 3 cakar yang
terdapat pada bagian sayapnya, tetapi tidak ada satu pun yang berani untuk mengusulkan
bahwa ketiga burung tersebut adalah binatang perantara dari reptil dan burung
karena mereka hidup pada saat ini.
Beberapa tahun
yang lalu, paleontologis (ahli fosil) menemukan fosil dari burung modern dan
menyimpulkan, bahwa dari bukti burung modern tersebut yaitu hidup pada waktu
yang sama dengan Archaeopteryx. Archaeopteryx tidak dapat dikatakan untuk
menjadi nenek moyang dari burung apabila burung modern dan Archaeopteryx hidup
pada suatu waktu yang bersamaan.
Baru ini, yaitu paleontologis dapat menemukan fosil-fosil
dari seekor burung yang ditemukan di Texas yang diduga hidup yaitu sekitar 75
juta tahun sebelum Archaeopteryx. Apabila
diikuti pola pikir dari para evolusionis maka burung tersebut seharusnya
lebih menyerupai seperti reptil daripada Archaeopteryx. Tetapi makhluk tersebut
yaitu lebih menyerupai burung daripada Archaeopteryx. Para Ilmuwan yang percaya
dengan teori penciptaan menyimpulkan bahwa Archaeopteryx bukan seekor binatang yang
merupakan perantara dari reptil dan burung, tetapi adalah burung, khusus
diciptakan Tuhan dan terpelihara untuk di dalam suatu bentuk catatan fosil.
No comments:
Post a Comment