Sunday, August 11, 2019

Sejarah Singkat Perhimpunan Indonesia (PI)



Perhimpunan Indonesia (PI) merupakan perkumpulan pelajar Indonesia di negeri Belanda yang berjuang untuk kemerdekaan Indonesia. PI berdiri pada tahun 1908 dengan nama Indische Vereniging dan tokohnya adalah Sosrokartono, Husein Jayadiningrat, Notosuroto, dan Sumitro Kolopaking.

Setelah kedatangan Soewardi Soerjaningrat dan Tjipto ke negeri Belanda (1913), PI bergerak dalam bidang politik. Pada tahun 1922, Indische Vereniging berubah nama menjadi Perhimpunan Indonesia.

Orang Belanda yang memerhatikan penderitaan rakyat Indonesia, misalnya Mr. Abendanon, Van Deventer, Dr. Snouck Hurgronje, berusaha memperjuangkan nasib bangsa Indonesia. Pada peringatan ulang tahun ke-15, Indische Vereniging, mengeluarkan buku berjudul Gedenboek karangan Sukiman W.S. yang menghebohkan Belanda.

Keradikalan PI ditunjukkan dengan mengganti nama majalahnya, Hindia Poetra, dengan nama Indonesia Merdeka. Penegasan PI ini juga terlihat pada penyempurnaan kegiatan pada tahun 1925 sebagai berikut.

a. Hanya bangsa yang bersatu dan dapat menyingkirkan pertikaian antargolongan yang dapat mematahkan penjajahan. Untuk mencapai tujuan perlu dibentuk massa aksi nasional yang berdasar kemampuan dan kekuatan sendiri.

b. Untuk mencapai tujuan, perlu melibatkan seluruh lapisan masyarakat.

c. Hal yang penting dalam masalah penjajahan adalah pertentangan kepentingan antara penjajah dan terjajah. Oleh karena itu, harus mempertajam pertentangan kepentingan.

d. Bangsa Indonesia harus melakukan segala usaha untuk mengembalikan keadaan bangsa yang dirusak secara jasmani dan rohani oleh Belanda.

PI mengadakan hubungan dengan organisasi internasional dalam rangka propaganda memperjuangkan Indonesia merdeka dan anti-penjajahan. Adapun jenis hubungan tersebut sebagai berikut.

a. Turut serta kegiatan Komintern dan Association Pour Etude des Civilisation Orientales (Perhimpunan untuk Mempelajari Kebudayaan Timur) yang didirikan di Paris (1925), di samping itu turut dalam Liga Penentang Imperalis.

b. Mengikuti kongres dalam rangka mencari dukungan perjuangan Indonesia, antara lain,

1) Kongres Demokrasi untuk perdamaian tahun 1926 di Paris, Prancis;
2) Kongres Liga Melawan Imperalisme dan Penindasan Penjajah di Brussel (1927);
3) Kongres Wanita Indonesia di Grand, Swiss (1927).

Manifesto politik pergerakan nasional menurut PI sebagai berikut.
a. Persatuan dan kesatuan.
b. Demokrasi.
c. Swadaya, yaitu mengandalkan kemampuan sendiri dan secara nonkooperasi Indonesia dapat mencapai kemerdekaan.

No comments:

Post a Comment